Selamat Datang Di Blog KSEI Iqtishad Institute
Maaf Tulisan Di Blog ini Tidak Bisa Di Copy, Untuk Menjaga Keaslihan dan Hak Cipta Organisasi. Apabila Ada Postingan (Artikel atau Sejenisnya) di Dalam Blog ini Yang Diperlukan, Silahkan Hubungin Kami Melalui Email : kseiiainimambonjolpadang@gmail.com


Minggu, 21 Oktober 2012

Gramedia membidik dana IPO Rp 1 triliun

JAKARTA. Kelompok usaha Kompas Gramedia (KG) siap go public. Salah satu lini bisnisnya, divisi penerbitan dan toko buku Gramedia, berniat menawarkan saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia.

CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo mengatakan, saat ini para pemegang saham masih mematangkan rencana itu. Dia memperkirakan, keputusan mengenai IPO akan diperoleh sebelum akhir tahun ini. Jika pemegang saham sepakat, Gramedia bakal mencatatkan sahamnya tahun depan. "IPO ini tindak lanjut aksi restrukturisasi di Kompas Gramedia, kami akan memisahkan bisnis yang berhubungan dengan media dan yang tidak," ujar Agung kepada KONTAN, belum lama ini.

KG akan membagi unit bisnis berdasarkan jenis usaha. Bagi lini yang tak berkaitan dengan media, ada opsi agar sahamnya dijual sebagian demi kelangsungan usaha dan peningkatan good corporate governance (GCG). Sedangkan, untuk bisnis media, dia memastikan belum akan dijual ke pihak lain. Pasalnya, hal ini akan mempengaruhi independensi dalam pemberitaan.

Usaha KG meliputi beberapa divisi, yakni suratkabar, tabloid, majalah, penerbit, toko buku, percetakan, divisi elektronik dan multimedia, serta pelatihan dan pendidikan. Ada juga bisnis hotel dan resort, manufaktur, serta businesss of event & venue.

Toko buku Gramedia akan bergabung dengan unit usaha lain, yaitu divisi penerbitan. Gabungan usaha inilah yang akan IPO. Gramedia berencana menawarkan sekitar 20% saham IPO. "Harapannya, kami bisa mendapatkan dana di atas Rp 1 triliun dari IPO," ungkap Agung.

Sebagian dana hasil IPO akan digunakan untuk ekspansi, yakni membuka toko buku baru. Gramedia mengklaim, saat ini menguasai 60% pangsa pasar toko buku di Indonesia. Gramedia kini memiliki 103 toko buku di Indonesia. Sekitar 70% toko buku berada di pusat perbelanjaan. Sisanya berdiri sendiri.

Gramedia ingin menyeimbangkan komposisi toko buku di pusat belanja dan lahan tersendiri, yakni menjadi 50%:50%. Hal itu untuk mendongkrak margin. "Karena kalau sewa tempat di mal mahal, lebih maksimal bangun toko sendiri," kata Agung.

Langkah ini dilakukan secara bertahap. Dengan skenario itu, Gramedia setidaknya harus membangun 41 toko baru di lahan tersendiri. Hingga 2016, KG menargetkan jumlah toko buku Gramedia meningkat menjadi 150 toko.

Direktur Bisnis Ritel Gramedia Y. Priyo Utomo optimistis, penjualan di akhir tahun ini bisa tumbuh 12%-15% year-on-year (YoY). Sayang, ia tidak menyebut nilainya. Hingga akhir kuartal III 2012, Toko Buku Gramedia meraih pertumbuhan penjualan 11% (YoY). Penjualan selama semester kedua tahun ini diperkirakan lebih tinggi daripada semester pertama.

Peak season pada awal tahun ajaran baru selama periode Juni-Juli-Agustus bisa mendongkrak penjualan 20%-25% di atas bulan yang lain. Setengah penjualan Gramedia berasal dari buku, sedangkan separo lagi dari non-buku, yang mencakup audio video dan game, musik dan olahraga, alat tulis, serta elektronik.

Di beberapa toko, kontribusi non-buku malah lebih besar dengan komposisi 55%:45%. "Kalau buku dan media sudah berubah dari cetak ke digital, kami juga akan menuju ke sana," ungkap Priyo.

Managing Partner Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe  menilai, ancaman bisnis toko buku Gramedia berasal dari tren perkembangan teknologi informasi. "Contoh terakhir, Newsweek menutup versi cetak dan beralih ke digital," kata dia.

0 komentar:

Posting Komentar

Kami Mengucapkan Terimakasih Kepada Anda Yang Telah Membaca Tulisan di Blog ini. Kami Minta Maaf Karena Tulisan di Blog KSEI Iqtishad Institute Tidak Bisa di Copy-Paste Untuk Menjaga Keaslian dan Hak Cipta Organisasi.